Kamis, 29 Juli 2010

Yuk, luruskan shaf....

Meluruskan Shaf Termasuk Kesempurnaan Shalat
394. Abu Hurairah mengatakan bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda, "Imam itu dijadikan untuk diikuti. Karena itu, janganlah kamu menyalahinya. Apabila dia sudah bertakbir, maka bertakbirlah kamu (1/179). Apabila dia ruku, maka rukulah kamu. Apabila dia membaca, 'Sami'allaahu liman hamidah' ; maka bacalah, 'Rabbana wa lakal hamdu.' Apabila dia sujud, maka sujudlah kamu. Apabila dia shalat dengan duduk, maka shalatlah kamu semua dengan duduk. Luruskan shaf (barisan) dalam shalat, sesungguhnya meluruskan shaf itu sebaik-baik shalat." (HR. Bukhari)

395. Anas mengatakan bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda, "Luruskanlah shaf kalian, karena meluruskan shaf itu adalah termasuk kesempurnaan mendirikan shalat." (HR. Bukhari)


Dosa Orang Yang Tidak Menyempurnakan Shaf
392. Dari Busyair bin Yasar al Anshari dari Anas bin Malik bahwasanya ia datang di Madinah lalu ditanyakan kepadanya, "Apakah ada sesuatu yang kamu ingkari (anggap tidak baik) dari apa yang kami semua lakukan sejak hari kamu bergaul bersama Rasulullah?" Ia berkata, "Saya tidak mendapat sesuatu yang patut saya ingkari kecuali kalian tidak meluruskan shaf pada waktu shalat." (HR. Bukhari)

392. Nu'man bin Basyir berkata, "Rasulullah bersabda, 'Sungguh kamu sekalian meluruskan shaf-shafmu atau Allah memalingkan antara muka muka kamu." (HR. Bukhari)

Caranya:
393. Anas رضي الله عنه berkata, "Iqamah telah dikumandangkan, lalu Rasulullah menghadap kami dan bersabda, 'Luruskanlah shaf-shaf kamu dan rapatkanlah, karena sesungguhnya aku melihatmu dari belakang punggungku.' Salah seorang dari kami menempelkan pundaknya ke pundak kawannya, dan kakinya ke kaki kawannya." (HR. Bukhari)

So, tunggu apalagi...luruskan shaf dan rapatkan.... :-)
Wallahu a'lam

Minggu, 11 Juli 2010

Keutamaan bulan Sya'ban

Written by Fachrurrozi Pulungan - Waspada


Sya'ban adalah nama bulan dari dua belas bulan yang ada dalam kalender Islam. Dinamakan Sya’ban, karena orang-orang Arab pada bulan-bulan tersebut yatasya’abun/berpencar untuk mencari sumber mata air. Dikatakan juga karena mereka tasya’ub/berpisah-pisah di gua-gua. Dan dikatakan juga sebagai bulan Sya’ban karena bulan ini muncul/sya’aba di antara dua bulan Rajab dan Ramadhan.
Sebagaimana diriwayatkan dalam hadis Bukhori dari ‘Aisyah ra, bahwa Rasulullah Muhammad SAW berpuasa lebih banyak pada bulan ini. Sebagian ulama, di antaranya Ibnu Mubarak telah merajihkan bahwa Nabi SAW tidak pernah puasa sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan, namun banyak melakukan puasa pada bulan Sya’ban. Berkata Ibnu Hajar, puasa Nabi SAW pada bulan Sya’ban sebagai puasa sunat lebih banyak dari pada puasanya di selain bulan Sya’ban. Dan beliau puasa untuk mengagungkan bulan Sya’ban. Dari Usamah bin Zaid ra, dia berkata , “ Ya Rasulullah, saya tidak pernah melihatmu berpuasa dalam satu bulan dari bulan-bulan yang ada seperti puasamu di bulan Sya’ban”. Nabi SAW bersabda, “dzaka syahrun yagfulu al nasu ‘anhu baina Rajabi wa Ramadhana, wa hua syahrun tarfa’u fihi al a’malu ila rabbil ‘alamin wa ahabbu an yurfa’a ‘amali wa ana shoim “/Itulah bulan yang manusia lalai darinya antara Rajab dan Ramadhan, dan bulan yang didalamnya diangkat amalan-amalan kepada Allah, dan aku suka amalanku diangkat sedang aku dalam keadaan berpuasa.( H.R. Nasa-i dalam kitab al Targhib wa al Tarhib, al Mundziri Juz 2, hal. 33. )